Tes IELTS seringkali menjadi momok untuk banyak orang. Momok menakutkan itu biasanya muncul karena tes IELTS dibandingkan TOEFL memiliki harga yang lebih mahal, serta materinya yang dianggap lebih sulit bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Namun ternyata, tes IELTS jauh dari kesan tersebut lho. Untuk lebih jelasnya, mari simak pengalaman pribadi salah satu pembaca setia Edu2Review, yaitu Annisa Fitriyani yang sedang mengejar beasiswa di Universitas Oxford, Inggris dan membutuhkan sertifikasi tes IELTS untuk prasyaratanya. Berikut adalah pengalaman menarik beliau yang berkesempatan mengambil tes IELTS di IDP Yogyakarta.
Pengalaman Pribadi Tes IELTS di IDP Yogyakarta
Halo! perkenalkan nama saya Annisa, di sini saya akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya ketika mengambil ujian IELTS di IDP Yogyakarta. Pada tanggal 25 Februari alhamdulillah saya diberikan kesempatan pertama untuk merasakan Ujian Kemahiran Bahasa Inggris International English Language Testing System atau biasa disingkat IELTS. Hasil tes IELTS diperlukan sebagai syarat untuk mendaftar belajar di universitas asing seperti Inggris yang menjadi destinasi beasiswa saya.
Selain untuk mendaftar kuliah, hasil tes IELTS juga digunakan untuk bekerja dan migrasi ke negara-negara tersebut. Tes IELTS diselenggarakan oleh tiga institusi yaitu IDP, IELTS, British Council dan Cambridge English Language Assessment. Ada dua jenis tes IELTS yaitu Ujian Pelatihan Akademik dan Ujian Pelatihan Umum di IDP Yogyakarta.
Tes akademik diperlukan untuk tujuan mendaftar ke Perguruan Tinggi atau Universitas, sedangkan tes Umum diperlukan untuk orang-orang yang akan bekerja atau tinggal di negara-negara berbahasa Inggris. Saat itu, saya mengikuti tes IELTS dengan tujuan untuk mendaftar ke University of Adelaide. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan LoA (Letter of Acceptance) tanpa syarat dengan tujuan mengajukan beasiswa pendidikan dari LPDP.
Namun, pada akhirnya saya menyerah untuk mengajukan beasiswa karena alasan pribadi. Namun karena pentingnya memiliki sertifikat IELTS, saya tetap mengikuti tes ini dengan harapan agar hasil tes IELTS ini sangat bermanfaat kedepannya. Persyaratan pendaftaran untuk universitas yang saya tuju adalah bahwa pelamar harus memiliki skor band keseluruhan minimal 6,5.
Pahami dulu secara mendalam apa itu IELTS sebelum mengikuti tes-nya.
Daftar Tes IELTS
Karena lokasi tes IELTS terdekat dengan domisili saya adalah Yogyakarta, saya memutuskan untuk memilih tes di Yogyakarta. Saya mendaftar untuk tes IELTS yang diselenggarakan oleh IDP Yogyakarta. Pendaftaran dilakukan melalui website IDP Yogyakarta. Kita hanya tinggal memilih tanggal yang masih tersedia untuk tes, kemudian mengisi data diri kita dan mengunggah scan KTP / Paspor.
Setelah itu kita akan mendapat email dari IDP yang berisi konfirmasi pendaftaran dan tata cara pembayaran. Pembayaran dilakukan maksimal 24 jam setelah pemesanan. Sebelum melakukan pembayaran, kita harus menghubungi IDP untuk menanyakan biaya pendaftaran dalam kurs rupiah hari itu. Saat saya mendaftar, biaya pendaftaran hari itu adalah 2,8 juta. Saya memesan satu setengah bulan sebelum tanggal yang saya pilih.
Hari Tes IELTS
Seminggu sebelum hari tes, saya menerima email notifikasi dari IDP mengenai lokasi dan waktu tes IELTS. Ujian I berlangsung di Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM. Tes dimulai pukul 08.00 WIB. Satu jam sebelum tes IELTS dimulai, saya sudah sampai di lokasi. Saya melakukan ini untuk mengurangi kegugupan dan memeriksa ruangan yang digunakan untuk ujian.
Saat saya sampai disana, ada sekitar 20 peserta lain yang terlihat lebih siap dari saya. Saat saya bertemu dengan sejumlah calon peserta tes, ternyata sebagian besar sudah pernah mengikuti pelajaran / kursus persiapan IELTS. Saya yang hanya belajar mandiri selama satu bulan mulai minder saat itu.
Khusus untuk persiapan tes IELTS speaking part yang hanya saya persiapkan dalam waktu satu malam, dengan alibi improvisasi saat tes IELTS sesungguhnya hari itu. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, peserta diminta antre untuk mengecek identitas dan berfoto. Hari itu ada sekitar 50 peserta tes.
Selama Tes IELTS
Tes IELTS ini terdiri dari empat bagian, yaitu tes IELTS Listening (30 menit), Reading (60 menit), Writing (60 menit) dan Speaking (15 menit). Total tes IELTS adalah 2 jam 45 menit.
Bagian mendengarkan adalah bagian yang paling saya sukai. Saya berharap lebih banyak di bagian ini daripada yang lain. Ada empat bagian untuk mendengarkan dengan total 40 item. Berbeda dengan tes TOEFL, pada tes IELTS kita diberikan waktu untuk membaca soal sebelum mendengarkan audionya.
Kita juga harus menuliskan jawaban kita di booklet, agar kita bebas mencoret-coret di booklet sesuka hati, karena di akhir bagian kita akan diberikan waktu 10 menit untuk mentransfer jawaban kita dari booklet ke lembar jawaban resmi. . Di akhir setiap bagian, diberikan waktu 30 detik untuk memeriksa jawaban.
Skor yang Dihasilkan dari Tes IELTS di IDP Yogyakarta?
Skor IELTS yang saya peroleh untuk bagian mendengarkan adalah 7.5 menyimpang dari ekspektasi awal saya sebesar 8.0 atau 8.5, untuk menutupi kekurangan saya di bagian menulis. Selama latihan mandiri, skor saya mencapai 8.0, tetapi saat tes saya bingung di bagian pertama, bagian mana yang harus menuliskan nomor telepon, alamat, dan ejaan yang benar. Dalam tes IELTS, ejaan dan tata bahasa yang benar sangat penting.
Bagian membaca adalah bagian favorit saya setelah bagian mendengarkan. Pada bagian ini kita akan diberikan waktu 60 menit untuk menjawab 40 pertanyaan dari 3 artikel yang diberikan. Berbeda dengan bagian mendengarkan, membaca tidak diberikan waktu tambahan untuk mentransfer jawaban. Sehingga jawabannya harus dilakukan langsung di lembar jawaban resmi.
Meski begitu, kami diizinkan untuk mencoret-coret di booklet. Karena waktu pengerjaan hanya 60 menit dan disediakan 3 artikel maka setiap artikel beserta jawabannya harus diselesaikan maksimal 20 menit. Jangan sampai kita terlalu asyik membaca artikel sehingga tidak memperhatikan waktu.
Saya sendiri mengalokasikan 5 menit untuk memindai artikel, sisanya untuk menjawab pertanyaan. Dalam menjawab soal bacaan, sebaiknya melihat dulu soal baru kemudian dicari jawabannya, karena urutan soal biasanya sesuai dengan urutan keterangan yang diberikan di artikel.
Saya memperkirakan saya akan mendapatkan 8.0 untuk bagian ini, tetapi saya mengalami kesulitan dalam mencocokkan paragraf dengan ide / informasi utama. Semua ide utama yang disajikan terlihat sama untuk semua paragraf, ini adalah jenis masalah yang paling membingungkan. Hasilnya, saya hanya mendapat skor 7,0 di bagian membaca.
Bagian menulis adalah bagian yang paling saya takuti. Bagian penulisan terdiri dari dua tugas, Tugas 1 berisi data berupa bagan, tabel atau grafik, kita diminta menjelaskan data yang disajikan. Alokasi waktu untuk Writing Task 1 adalah 20 menit, dengan jumlah kata minimal 150 kata.
Pada Writing Task 2, kita diminta untuk memberikan pendapat tentang suatu kasus, apakah kita pro, kontra, atau netral dengan contoh yang diberikan. Alokasi waktu untuk tugas 2 adalah 40 menit, dengan jumlah kata minimal 250 kata. Mungkin kesiapannya akan berbeda jika saya melakukan banyak pertanyaan.
Tetapi saya hanya mengerjakan sedikit sekali latihan menulis yang benar-benar saya lakukan, selebihnya saya hanya membaca soal-soal, lalu membaca kunci jawaban. Bisa diperkirakan berapa skor yang akan didapat, yaitu hanya 6,5. Saya merasa kesalahan utama saya adalah pada tugas 2, karena menekankan pada jumlah kata minimum.
Kesimpulan
Dari pengalaman pribadi Annisa, disini bisa disimpulkan bahwa tes IELTS sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri. Tidak perlu takut untuk belajar mandiri asalkan waktu yang dimiliki memadai dan punya materi yang mendukung belajar IELTS mu. Namun apabila kamu merasa belajar sendiri itu kurang, kamu selalu bisa mengikuti kursus IELTS yang banyak diadakan untuk membantu kamu. Intinya, persiapan yang matang tentu akan menghasilkan skor IELTS yang tinggi. Begitu juga sebaliknya.
Nah, bagaimana menurutmu? semoga artikel ini bisa berguna dan bermanfaat ya!
Leave a Reply